Pemuda Cikijing Ciptakan Pestisida Dari Sampah

MAJALENGKA EditorPublik.com – SEJUMLAH anak muda kreatif Desa Banjaransari, Kecamatan Cikijing, Kabupaten Majalengka berupaya mengolah sampah menjadi cairan pestisida yang bisa dimanfaatkan para petani holtikultura dan padi di wilayahnya.

Selain itu limbah abu dari pembakaran yang diolah dengan cara yang sangat sederhana ini dimanfaatkan menjadi pupuk organik oleh warga setempat. Idea yang digagas Nana Suhana dan kawan kawan ini sangat cemerlang, selain menghasilkan pestisida dan pupuk organik juga bisa menjaga kebersihan lingkungan. Lewat pengolahan yang dilakukan anak-anak muda tersebut kini sampah yang bertahun-tahun menumpuk di pinggir Tempat Pemakaman Umum desa setempat benar-benar bersih sehingga membuat nyaman untuk pengunjung TPU tersebut.

Menurut keterangan Yanto dan Nana, pengolahan sampah ini berawal dari keprihatinannya terhadap kondisi sampah yang terus menumpuk bertahun-tahun serta sebagian sampah masuk ke sawah petani sebagian ke areal pemakaman hingga menimbulkan bau menyengat karena lahan TPS tersebut juga dekat dengan pemukiman penduduk. Tidak ada angkutan sampah ke TPS yang dikelola oleh pemerintah sehingga hampir seluruh warga membuang sampah ke lokasi di Blok Kondangsari, Desa Banjaransari atau asal dibuang di tempat lain dimana saja sesuka warga.

Baca Juga :  Anggota DPR RI 2019-2024 Bersumpah Utamakan Kepentingan Bangsa dan Negara

Anak-anak muda yang biasa berkumpul ini kemudian berembug dan kebetulan Nana yang memiliki pengalaman melihat tenaga dari LIPI mengungkapkan pembuatan tungku. Akhirnya mereka urunan untuk membuat tungku dan penyulingan dari bahan drum bekas. Kami papatungan beli drum bekas, besi siku dan baja kemudian membuat tungku yang biayanya mencapai Rp.3.500.000. Namun ongkos las hingga kini belum bisa dibayar,” ungkap Yanto. Setelah itu mereka langsung melakukan pembakaran sampah dan asapnya disuling hingga akhirnya sampah yang selama bertahun-tahun menumpuk bersih atau sekitar 30 kubikan bisa bersih dalam kurun beberapa hari.

Produksi tungku pembakaran sampah itu sendiri setiap kali pembakaran mampu menampung hingga 1,5 kubik dengan waktu pembakaran selama 30-40 menitan dengan bahan bakar oli bekas. Uniknya tungku ini bisa dipindah-pindah sehingga pembakaran sampah bisa dilakukan dimanapun. Dari 30 kubik sampah tersebut diperoleh pestisida sebanyak 8 liter. Pestisida ini sudah di uji coba ketanaman holtikultura kentang dan wortel serta bawang daun ternyata cukup ampuh membasmi ulat dan kupu-kupu,serta serangga lainnya hanya dalam hitungan menit.

Baca Juga :  Bhabinkamtibmas Polsek Pahae Jae, Inisiasi Pembangunan Mesjid Al-Huda Simajambu

Pestisida buatan mereka menurut Yanto kini dikemas dalam botol plastik berisi 200 mili liter dan dijual seharga Rp 25.000. Sejumlah petani sudah mulai meminati buatan mereka. Bahkan sebuah perusahaan yang memproduksi sadana produksi tani berupa obat-obatan berupaya mengajaknya untuk bekerjasama namun terlebih dulu meminta untuk dilakukan uji labolatorium serta ijin produksi. “Senin kemarin kami melakukan uji coba di kawasan holtikultura dan ternyata pestisida buatan kami ambuh membunuh serangga dan jamur. Untuk penggunaanya 100 mililiter pestisida buatan kami dicampur 15 iter air,” kata Nana.

Para anak muda ini menghendaki produksinya dilakukan uji lab sesegera mungkin agar jelas kandungan yang ada pada pestisida buatannya tersebut serta ingin memiliki hak paten jika itu secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan dan teruji. “Tapi untuk biaya itu kami belum ada, ongkos las saja belum kami bayar,” kata Nana.

Baca Juga :  Ramai, Mobil Dinas Pemkab Humbahas Berubah Jadi Plat Hitam

Sementara itu Koordinator PPL di BPP Kecamatan Cikijing Tarya Bondiana menyebutkan pihaknya sudah mengetahui hal tersebut dan telah diuji-cobakan. Namun dia memprediksi kandungan hasil penyulingan tersebut lebih kepada pupuk, demikian juga dengan limbah pembakaran yang menjadi pupuk organik.

Tenaga Ahli Anggota DPRRI Majalengka Sutrisno, Sabungan Simatupang mengapresiasi kegiatan anak muda tersebut. “Ada beberapa hal yang diselesaikan oleh mereka diantaranya sampah dan lingkungan menjadi bersih, ada penemuan baru berupa pestisida walaupun belum diuji secara ilmiah melalui labolatorium. Dan itu akan bermanfaat bagi para petani setempat dan para pemuda bisa terus mengembangkan inovasinya menjadi kegiatan bisnis”, ujarnya mengakhiri perbincangan. (SITI A./D@VID’70)

Bagikan :