Dunia Pendidikan dan Antisipasi Virus Corona

Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan sudah menyebarkan imbauan kepada satuan pendidikan untuk berupaya mencegah penyebaran covid-19 dengan mengintensifkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), peningkatan peran Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M), dan berkolaborasi dengan pihak pemerintah daerah atau instansi terkait.

Imbauan tersebut ditanggapi beragam oleh pihak sekolah. Beberapa sekolah meresponsnya dengan sigap. Misalnya, Sekolah Victory Plus, salah satu sekolah internasional di Bekasi, langsung memberi surat kepada orangtua dan menyatakan status siaga 2 di sekolah.Dalam surat edaran tersebut, secara detail dijabarkan apa saja yang menjadi kebijakan sekolah, dari pemeriksaan suhu badan setiap masuk ke sekolah, pembersihan sekolah lebih intensif, dan tentang bersin dan pola bersalaman.

Baca Juga :  Fenomena Disruption

Lalu, anjuran tentang siswa yang demam untuk tidak masuk sampai keadaan membaik hingga tidak diizinkannya orangtua dan siswa yang baru melakukan kontak dengan siapa pun yang baru bepergian dari negara-negara yang sedang terdampak covid-19.

Upaya yang sigap itu tentu patut diapresiasi, apalagi sekolah memiliki kapital untuk menjalankannya. Kesiapsiagaan sekolah menjadi sangat penting dalam merespons situasi saat ini. Sense of crisis dari sekolah dengan memiliki standar operasional prosedur yang jelas akan membuat orangtua menjadi nyaman. Selain itu, juga menjadi hal yang baik untuk menghalau penyebaran virus.

Pertanyaannya kemudian, apakah semua sekolah kita siap melakukan upaya yang mendetail seperti itu? Kita tentu berharap semua sekolah mampu untuk melakukan pencegahan terhadap penyebaran virus korona. Jika becermin dengan situasi sekolah-sekolah di Indonesia, rasanya hal tersebut relatif sulit dilakukan bila hanya bersandar pada sekolah. Itu karena kemampuan sekolah untuk menyediakan alat untuk mengecek suhu badan, wastafel dan sabun cuci tangan, masker, klinik, dan perangkat lainnya sangat bervariasi.Oleh sebab itu, imbauan dari pemerintah tidaklah cukup.

Baca Juga :  Obituari Pdt Dr SAE Nababan, Penggagas Teologi Keseimbangan

Perlu ada upaya struktural untuk menjamin kenyamanan dan keamanan warga. Selain edukasi publik yang menjadi sangat krusial, penyediaan masker (bagi yang sakit), hand sanitizer, sabun cuci tangan dan wastafel, serta perangkat lain perlu dijamin ada di sekolah, bahkan di ruang publik lainnya. Mengandalkan sekolah untuk menyiapkan itu semua tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bagi beberapa sekolah yang memiliki kapital memadai, tentu menyiapkan perangkat yang dibutuhkan untuk mencegah penyebaran virus menjadi sangat mudah.

Sementara itu, sekolah-sekolah yang hanya mengandalkan dana pemerintah tentu bukanlah hal yang mudah.Apalagi merujuk pada Syarifah Aini Dalimunthe (2019) dalam tulisannya Bencana Pandemi Covid-19 tidak Socially Neutral menyebut bahwa kelompok miskin sangat rentan menghadapi berbagai pandemi yang ada, termasuk dalam penyebaran virus korona yang terjadi saat ini.

Baca Juga :  Ketentuan Kompilasi Hukum Islam Mengenai Harta Bersama Sesuai Psikologi Hukum Keluarga

Menurutnya, rumah tangga yang memiliki keterbatasan dalam mengakses air bersih atau tinggal di permukiman yang rapat memiliki keterpaparan yang tinggi terhadap virus. Jika tidak disikapi secara serius, tentu saja bencana yang akan dituai. Maka, sekolah-sekolah pun perlu diperhatikan kondisinya oleh pemerintah. Siapkah perangkat di tiap sekolah? (*)

Bagikan :