Sebut Wartawan Tidak Netral, Perwakilan Pendemo Minta Maaf ke PWI Bekasi
KOTA BEKASI EditorPublik.com – Pendemo di depan kantor Wali Kota Bekasi (21/9) yang mengatakan Wartawan tidak netral dan kongkalikong dengan mantan Wali Kota Bekasi Tri Adhianto, akhirnya mendatangi kantor PWI Bekasi untuk meminta maaf.
Kedatangan pendemo yang diwakili Mulyadi Dermawan dari Forum Komunikasi Intelektual Muda (FORKIM) dan salah satu orator, Willy Sadli yang menuding wartawan tidak netral tersebut diterima langsung Ketua PWI Bekasi, Melody Sinaga didampingi sejumlah pengurus lainnya.
“Saya Willy Sadli datang ke Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bekasi Raya untuk mempertanggungjawabkan statmen saya yang sudah menuding bahwa wartawan bisa dibeli dan ‘kongkalikong’,” ucapnya, Jum’at (22/9/2023).
Selain itu, Willy Sadli berkilah, bahwa apa yang diucapkan saat orasi di depan kantor Pemerintah Kota Bekasi merupakan spontanitas untuk memberikan semangat kepada aksi massa saat itu. Namun dirinya tidak bisa menyebutkan siapa wartawan yang telah ‘kongkalikong’ dan tidak netral.
“Saya memohon maaf, disitu salah saya mengucapkan nya. Itu bentuk spontan saya saat orasi, karena tujuan saya untuk membangkitkan semangat massa aksi,” katanya berkilah.
Ditempat yang sama, perwakilan Forum Komunikasi Intelektual Muda (Forkim) yang, Mulyadi Dermawan yang juga bertindak sebagai koordinator saat aksi demonstrasi pun ikut meminta maaf atas insiden tak terduka tersebut.
“Saya perwakilan dari Forum Komunikasi Intelektual Muda (Forkim) meminta maaf atas insiden yang telah dilontarkan orator saat aksi demonstrasi dengan menuding wartawan tidak netral,” ungkapnya.
Menanggapi permintaan maaf dari perwakilan pendemo, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bekasi Raya, Melody Sinaga menjelaskan bahwa pihaknya memang tengah menunggu itikad baik dan menunggu klarifikasi dari orator dan koordinator pendemo.
“Kami memang sengaja menunggu itikad baik dari mereka (massa aksi-red) untuk menyatakan permohonan maaf, khusus nya ke wartawan yang ada di Bekasi,” ungkapnya.
Melody berpesan, ke depannya agar ketika melakukan aksi massa atau unjuk rasa, supaya lebih fokus terhadap aspirasi yang akan disampaikan dalam aksi demonstrasi, dan lebih memperhatikan kalimat kalimat yang diucapkan saat orasi, agar tidak bias sehingga memicu kegaduhan.
“Kawan-kawan massa aksi harus sadar bahwa statmen saat orasi dengan menyebutkan wartawan seolah-olah bisa dibeli itu sangat mengusik perasaan kami (wartawan-red). Saya atas nama Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bekasi berterimakasih bahwa mereka sudah menyadari kesalahan yang dilakukan. Kami berpesan kepada massa aksi untuk tetap fokus kepada tuntutan aksi yang mereka bawa,” tutupnya. (Msk)