Warga Tarabintang Mendesak Bupati Humbahas Atasi Tumpukan Kayu di Jembatan Lae Sipeggih
TARABINTANG EditorPublik.com – Warga Desa Tarabintang, Kecamatan Tarabintang, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) mendesak Bupati Humbang Hasundutan (Humbahas) Oloan Nababan segera menangani tumpukan kayu yang menghalangi jembatan Lae Sipeggih.
Material kayu yang menumpuk di bawah jembatan dinilai mengancam kelancaran aliran air dan keselamatan warga, terutama saat hujan deras. Masyarakat berharap pemerintah daerah bertindak cepat sebelum kondisi tersebut menimbulkan dampak yang lebih besar.
Warga yang tinggal di sekitar jembatan mengungkapkan bahwa sejak banjir besar dua minggu lalu menerjang permukiman di sepanjang aliran Lae Sipeggih, belum ada langkah nyata dari pemerintah desa, kecamatan, maupun Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan untuk membersihkan tumpukan gelondongan kayu yang menyumbat jembatan.
Akibat aliran air tersumbat material kayu, pada Kamis malam (11/12) banjir kembali meluap dan merendam sejumlah rumah hingga memaksa warga mengungsi.

Tokoh adat Tarabintang yang juga Ketua Lembaga Adat Meka Mungkur, Ali Akbar Meka, menyampaikan kekecewaannya terhadap Kepala Desa, Camat, dan Bupati Humbahas karena dinilai tidak menunjukkan perhatian maupun upaya konkret dalam menangani persoalan yang dihadapi warga.
Menurut Ali Akbar, aparatur desa dan kecamatan seharusnya lebih proaktif berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten untuk melaporkan kondisi darurat dan meminta bantuan penanganan tumpukan kayu yang kini menutup aliran sungai di jembatan.
“Situasi ini sangat mengancam keselamatan kami, apalagi cuaca buruk dan hujan deras masih terus berlangsung. Dua hari setelah banjir besar, kami bahkan kesulitan mendapatkan air bersih untuk minum dan memasak karena aliran sungai bercampur lumpur,” ujarnya, Jumat (12/12/2025)
Hendri Meha, warga Tarabintang lainnya, menambahkan bahwa masyarakat telah bergotong royong membersihkan aliran Lae Sipeggih, namun keterbatasan peralatan membuat pekerjaan tidak mungkin diselesaikan tanpa bantuan alat berat.
“Tumpukan kayu itu sangat banyak. Dibutuhkan excavator untuk mengangkat ratusan kubik kayu yang menutup jembatan. Kami juga telah meminta bantuan alat berat dari perusahaan PLTA di Tarabintang, tetapi mereka tidak bersedia membantu, padahal mereka beroperasi di daerah ini,” kata Hendri dengan nada kecewa.
Kepala Desa Tarabintang, Marwanto Bancin, menyampaikan bahwa pihaknya telah meminta bantuan pemerintah kabupaten untuk menurunkan alat berat. Menurutnya, tumpukan kayu yang mencapai ratusan kubik di dasar sungai tidak mungkin diangkat hanya dengan tenaga manusia.
“Kami sudah melaporkan hal tersebut. Ibu Camat dan pihak dinas juga sudah meninjau langsung. Saya sudah mengusulkan pengiriman alat berat, tapi sampai hari ini excavator belum juga datang,” ujar Marwanto.
Ali Akbar Meha menegaskan bahwa banjir besar terjadi pada 25 November 2025. Namun hingga kini belum ada langkah signifikan dari pemerintah untuk menangani tumpukan kayu yang menutup aliran sungai di tengah Jembatan Sipeggih.
“Dengan atau tanpa bantuan pemerintah, kami akan tetap bergotong royong membersihkan tumpukan kayu itu, karena ini menyangkut keselamatan warga. Kami sangat kecewa dengan pemerintah desa dan kecamatan yang kami nilai kurang tanggap terhadap kondisi ini,” ujarnya. (Msk)

