Perang Bintang di Kubu Banteng, Baliho Tri Adhianto Kepung M2
KOTA BEKASI EditorPublik.com – Tak terasa jadwal Pilkada Kota Bekasi terus bergulir, dengan munculnya nama nama bakal calon wali kota. Bahkan beberapa partai telah membuka pendaftaran bakal calon (Balon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
Saat ini, terdapat 11 nama yang mencoba ikut berkompetisi dalam proses penjaringan balon Wali Kota baik dari partai maupun persorangan (independen).
Beberapa baliho dan spanduk menampilkan nama dan partai untuk menjadi bakal calon Wali Kota seperti Abdul Rozak dari partai Demokrat, H.Abdul Haris Bobihoe, Nofel Saleh Hilabi dari Partai Golkar, Faisal dari Partai juga menampilkan spanduk balon Wali Kota 2024.
Dari sejumlah nama tersebut, beberapa bakal calon telah mengembalikan formulir pendaftarannya sebagai bukti keseriusan mereka ikut kontestasi pilkada serentak 2024.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menjadi partai tempat paling banyak didatangi para balon untuk mengambil formulir pendaftaran. Tercatat sejumlah nama telah mengambil formulir pendaftaran, seperti Ketua DPC Partai, Mantan Wali Kota, Purnawirawan Pati TNI, dan formulir pendaftaran untuk Kaesang Pangareb yang juga sebagai Ketua Umum PSI, yang diambil Relawan Nasional Pro Prabowo Gibran (Pro Pa Gi).
Menariknya dari para calon ini, didapati bangkitnya dukungan simpatisan dan anggota senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) untuk Mochtar Mohammad, yang juga mantan Wali Kota Bekasi, sehingga terkesan memecah dukungan terhadap Tri Adhianto, yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPC PDI-P Kota Bekasi, juga mantan Wali Kota Bekasi.
Aroma Perang bintang di kubu Banteng antara Mohammad dan Tri Adhianto, yang sama sama pernah menjadi Wali Kota Bekasi ini, terlihat semakin terbuka di ruang publik, tergambar dari baliho baliho kedua bakal calon.
Di Balihonya, Mochtar Mohammad menampilkan foto Ono Surono Ketua DPD PDIP Jawa Barat, sementara di baliho Tri Adhianto menampilkan tagline Bekasi Keren.
Tri Adhianto dikenal sebagai “Wali Kota Relawan” membangun basis suara bersama kelompok, komunitas dan relawan dengan memanfaatkan media sosial (medsos). Sementara itu, Mochtar Mohammad membangkitkan basis suaranya dari pedukung militansi M2, kelompok masyarakat, birokrat, sampai basis komunitas agama.(ben)