RAGAMTEKNOLOGI

Hancurkan Virus Peretas yang Infeksi 850 Ribu Komputer di Dunia

JAKARTA EDITORPUBLIK.COM, Tim kepolisian siber Prancis, C3N, berhasil menghancurkan virus yang menginfeksi lebih dari 850 ribu komputer di penjuru dunia.

Jaringan virus peretas yang disebut botnet itu dikontrol dari Prancis dan diduga telah menghasilkan jutaan euro dari aktivitas penipuan. Setelah investigasi panjang, tim Prancis berhasil menemukan dan membongkar server peretas di wilayah Paris. Tim polisi siber itu kemudian berhasil menghancurkan virus yang menginfeksi ratusan ribu komputer di penjuru dunia.

Pusat perang melawan kejahatan digital C3N Prancis awalnya mendapat peringatan pada musim semi oleh perusahaan anti-virus Avast tentang kemungkinan keberadaan server peretas yang telah mengirim virus bernama Retadup ke ratusan ribu komputer dengan sistem operasi

Baca Juga :  Referendum Tidak Relevan, Menko Polhukam: Pemerintah Berusaha Selesaikan Masalah Papua

“Virus itu dikirim melalui email yang menawarkan uang dengan mudah atau gambar-gambar erotis serta melalui drive USB yang telah terinfeksi virus,” ungkap pernyataan otoritas Prancis, dilansir BBC.

Para peretas mampu menggunakan virus itu untuk mengontrol komputer-komputer dari jarak jauh tanpa disadari oleh para pemiliknya. Para peretas pun membuat mata uang kripto Monero, menghasilkan uang melalui ‘ransomware’ dan bahkan mencuri data dari rumah sakit-rumah sakit di Israel serta para pasien Israel.

Operator di balik botnet diduga telah menghasilkan jutaan euro sejak mereka membuatnya pada 2016 dan sekarang masih beroperasi.

“Kami berupaya melacak di mana server komando berada, menara kontrol untuk jaringan botnet yang menginfeksi banyak komputer,” papar Kepala C3N Jean-Dominique Nollet pada radio France Inter.

Baca Juga :  Diskominfosantik Sosialisasikan Instrumen dan Desain Data Statistik Sektoral

Dia menjelaskan, peretas membuat server replika yang membuat virus itu tidak aktif di sejumlah komputer yang terinfeksi. Virus-virus itu biasanya diarahkan lagi ke wilayah mati di internet daripada dinonaktifkan.

FBI di Amerika Serikat (AS) juga membantu saat Prancis membutuhkannya untuk memblokir traffic dan mengarahkannya ke server replika. (EP1)

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *