RAGAM

Media Sosial Jadi Senjata Baru Ganggu Stabilitas Nasional

TAJUK OPINI KOPI PAHIT

MEDIA SOSIAL kini tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi, tetapi juga dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk menggerakkan massa dan mengganggu stabilitas nasional. Hasil analisis intelijen melayu menunjukkan, Indonesia masih menjadi incaran para koruptor dan negara asing melalui strategi adu domba dan penciptaan opini publik.

Pertama, pergerakan massa kerap dimulai melalui ajakan di media sosial. Informasi yang sengaja dikemas untuk membangkitkan emosi masyarakat berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan dalam beraktivitas sehari-hari. Jika berlanjut, kondisi ini dapat mengganggu keamanan dan pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah.

Kedua, banyak bermunculan konten provokatif yang berisi ujaran kebencian, hasutan, serta narasi tendensius terhadap pemerintah maupun aparat. Tidak jarang akun-akun anonim atau individu yang mengaku tokoh publik menyebarkan pernyataan yang menggiring opini.

Kondisi ini menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara. Karena itu, langkah koordinasi lintas sektor dengan Kominfo, Siber, dan Polri sangat dibutuhkan untuk menindak tegas akun maupun konten bermuatan provokasi.

Ketiga, setiap aksi massa selalu berpotensi ditunggangi pihak ketiga. Kehadiran kelompok ini kerap memicu kericuhan dan memperkeruh situasi. Dampaknya, masyarakat semakin merasa tidak aman, sementara ruang publik rentan dipenuhi keresahan.

Lebih jauh, analisa intelijen juga menyoroti kemungkinan kelompok khilafah dan jaringan teroris memanfaatkan situasi dengan cara menyusup ke tengah massa. Mereka diduga melakukan berbagai taktik, mulai dari mendokumentasikan tindakan aparat untuk diviralkan secara negatif, menyebarkan video hoaks, hingga kemungkinan tindakan ekstrem seperti penembakan ke arah kerumunan yang dikonstruksikan seolah dilakukan aparat. Semua itu bertujuan memperbesar eskalasi konflik dan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Temuan ini menjadi sinyal bahwa perang asimetris berbasis media sosial semakin nyata. Penguatan literasi digital, deteksi dini, serta koordinasi aparat keamanan menjadi langkah strategis yang harus diperkuat agar bangsa ini tidak terjebak dalam permainan pihak asing maupun kelompok radikal.(***)